Analisis Mendalam IHSG Pekan 16-20 Juni 2025: Aksi Jual Asing Tekan Pasar Saham
Minggu, 22 Juni 2025Berita Pasar Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan di pekan 16-20 Juni 2025 seiring investor asing melepas saham hingga Rp 4,5 triliun. Mayoritas sektor saham mengalami tekanan, dipicu oleh gejolak geopolitik dan kebijakan bank sentral global.

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu

Liputan6.com, Jakarta – Pekan ini, tepatnya pada 16-20 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 3,61%, menyentuh angka 6.907,13 dari posisi 7.166,06 pekan sebelumnya. Penurunan ini terutama didorong oleh aksi jual besar-besaran dari investor asing yang melepas saham senilai Rp 4,5 triliun, berbalik dari pekan sebelumnya yang masih menunjukkan net beli Rp 1,3 triliun.

Seluruh Sektor Tertekan

Mayoritas sektor saham berakhir merah selama pekan ini. Paling berat, sektor basic materials dan consumer non-cyclical masing-masing terkoreksi 5,69% dan 3,72%. Sektor energi juga terpangkas 2,72%, sedangkan sektor industri melemah 3,06% dan consumer cyclical turun 3,1%.

Sektor-sektor lain ikut meredup: perawatan kesehatan turun 2,11%, keuangan melemah 3,42%, properti & real estate susut 1,56%, teknologi menyusut 2,52%, infrastruktur turun 1,67%, serta transportasi & logistik turun 1,22%.

Apa Pemicu Penurunan IHSG?

Menurut Herditya Wicaksana, analis dari PT MNC Sekuritas, penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor global. Pertama, memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah yang menimbulkan ketidakpastian di pasar.

Kedua, kenaikan harga minyak mentah yang memicu tekanan inflasi. Ketiga, kebijakan bank sentral besar dunia, termasuk Bank Indonesia, Federal Reserve (The Fed), dan Bank Sentral China, yang memilih untuk menahan suku bunga acuan.

"Keempat, the Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi hanya 1,4%," tambah Herditya.

Aktivitas Perdagangan Lesu

Rata-rata nilai transaksi harian selama pekan ini juga menurun 7,63% menjadi Rp 15,01 triliun, dari sebelumnya Rp 16,24 triliun. Frekuensi transaksi harian merosot 8,15% menjadi 1,31 juta kali, sedangkan volume transaksi harian turun 13% menjadi 24,41 miliar saham.

Data Ekonomi Global dan Sentimen Pasar

Di tengah tekanan tersebut, harga Crude Palm Oil (CPO) malah mencatat kenaikan 5,9%, sementara harga minyak mentah naik 3,95%. Namun, indeks utama lain seperti LQ45 susut 4,6% dan IDX30 melemah 4,51%.

Riset PT Ashmore Asset Management Indonesia mengungkapkan, data penjualan ritel AS pekan ini menunjukkan penurunan terbesar dalam empat bulan, menandakan kontraksi dalam dua bulan berturut-turut yang tidak sesuai dengan ekspektasi pasar.

The Fed mempertahankan suku bunga dengan alasan adanya ketidakpastian ekonomi yang signifikan terutama terkait kebijakan dan situasi geopolitik.

Sementara itu, ekonomi Jerman menunjukkan optimisme dengan lonjakan indikator sentimen ekonomi, didukung oleh program fiskal yang kuat dari pemerintah baru.

Update Kebijakan Bank Sentral

Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Jepang juga mempertahankan suku bunga stabil, menatap dengan hati-hati pada lonjakan inflasi dan ketegangan geopolitik saat ini.

Data di Jepang menunjukkan inflasi inti yang meningkat lebih tinggi dari perkiraan, memperkuat spekulasi bahwa Bank of Japan bakal memperketat kebijakan moneternya.

Bank Indonesia mengikuti tren serupa dengan mempertahankan suku bunga, meskipun pertumbuhan kredit melambat ke level paling lambat sejak Juni 2023.


Bersiaplah untuk volatilitas pasar yang penuh dinamika. Momen ini menuntut investor untuk tetap tenang dan fokus pada strategi jangka panjang. Bagaimana Anda mempersiapkan portofolio Anda menghadapi gejolak ini?

Sumber: Liputan6