Poin Penting
- Usulan pengambilalihan paksa 51% saham BCA oleh negara melalui Danantara Indonesia menuai kontroversi dan kecaman.
- Isu ini memicu penurunan harga saham BBCA dan kekhawatiran investor terhadap stabilitas pasar modal.
- Divestasi saham BCA oleh pemerintah telah selesai sejak 2005, dan bank ini kini menunjukkan kinerja keuangan yang solid.
BCA, salah satu bank terkemuka di Indonesia, kini tengah menghadapi isu yang cukup bakal memengaruhi persepsi pasar. Usulan pengambilalihan paksa 51% sahamnya oleh negara melalui Danantara Indonesia telah menjadi topik hangat di kalangan investor dan pengamat.
Latar Belakang: Krisis dan BLBI
Isu ini membawa ingatan pada Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan kepada BCA saat krisis moneter tahun 1998. Banyak pihak meragukan keabsahan langkah serta urgensi kembali mengangkat isu lama ini menjadi masalah kekinian, mengingat kinerja BCA saat ini menunjukkan hasil yang positif.
Dari awal tahun hingga pertengahan Agustus 2025, harga saham BBCA telah merosot 10% menjadi Rp 8.700, menandakan reaksi pasar yang cukup negatif terhadap berita ini. Masyarakat dan investor tentunya mengharapkan kejelasan dan kepastian untuk menjaga stabilitas pasar.
Respons Terhadap Isu Ini
Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN) serta ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Sasmito Hadinegoro, meminta pengusutan tuntas masalah BLBI ini. Selain itu, beberapa anggota legislatif mendukung usulan pengambilalihan yang berpotensi kontraproduktif terhadap iklim investasi.
Sebagai bank yang sudah lama beroperasi dan terdaftar di bursa, BCA memiliki komposisi pemegang saham yang terdiri dari masyarakat (42.46%) dan PT Dwimuria Investama Andalan sebagai pengendali (54.94%). Diperkirakan, langkah ini tidak hanya berdampak bagi BCA, namun juga bagi persepsi umum tentang stabilitas sektor perbankan di Indonesia.
Kinerja Keuangan yang Solid
Di luar isu pengambilalihan, kinerja BCA tetap menunjukkan tren positif. Pada semester pertama 2025, bank ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 29 triliun, tumbuh 8% dibanding tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi kredit yang meningkat 12,9% menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025, dan kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp 1.062 triliun per 15 Agustus 2025.
Kesimpulan
Isu pengambilalihan ini diharapkan tidak menurunkan kepercayaan publik terhadap stabilitas dan kinerja BCA. Dalam situasi yang sensitif ini, diperlukan pernyataan dari pemerintah untuk mendinginkan suhu pasar. Langkah berani untuk memberikan kejelasan dapat membantu menjaga kepercayaan investor dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Oleh Hari Prabowo
Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pasar Modal (LP3M) Investa dan pengamat pasar modal