BCA Tak Rencana Buyback Saat Saham Tertekan 19% YTD
Sabtu, 13 September 2025Berita Pasar Saham

Harga saham BCA mengalami penurunan hampir 19% tahun ini, namun manajemen menegaskan belum ada rencana untuk melakukan buyback.

Penurunan Harga Saham BCA

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tertekan hampir 19% sejak awal tahun ini. Walaupun begitu, pihak BCA mengumumkan belum ada rencana untuk melakukan aksi buyback atau membeli kembali saham.

Berdasarkan data dari Bloomberg, harga saham BBCA telah melemah secara signifikan. Meskipun demikian, manajemen BCA memilih untuk membiarkan pasar bereaksi sesuai mekanismenya sendiri.

Komentar dari Manajemen BCA

Rudy Budiardjo, SVP Investor Relations BCA, menjelaskan bahwa aksi buyback pernah dilakukan pada bulan Maret 2025 ketika harga saham dalam kondisi terkoreksi. “Saat ini, kami belum memiliki rencana untuk melakukan aksi buyback,” kata Rudy dalam Public Expose Live pada Kamis (11/9/2025).

Pergerakan Investor

Di tengah pasar yang volatile, Corporate Secretary BCA, Ketut Alam Wangsawijaya, mencatat bahwa terjadi kenaikan jumlah investor domestik, yang mencapai sekitar 409.000. “Ada pergeseran dari komposisi investor asing ke domestik, dan ini adalah hal yang wajar,” tambahnya.

Fundamental BCA Masih Solid

Wakil Presiden Direktur BCA, John Kosasih, menegaskan bahwa fundamental kinerja perusahaan tetap solid. Aspek likuiditas dan permodalan BCA terjaga dengan baik, siap untuk mendukung kebutuhan dan ekspansi bisnis ke depan. Pada bulan Juni 2025, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA berada di level 2,2%, dengan Loan at Risk (LAR) 5,7% dan NPL coverage mencapai 167%.

Kinerja Keuangan

Pada paruh pertama 2025, BBCA berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi Rp29 triliun, meningkat 8% dibandingkan tahun lalu. Juga, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkat 5,7% menjadi Rp1.190 triliun, dengan dana murah berkontribusi sebesar 82,5% dari total simpanan.

Akhirnya, pernyataan manajemen ini memberikan kejelasan bahwa meskipun harga saham BCA telah tertekan, fundamental perusahaan tetap menunjukkan performa yang baik. Sehingga ini bisa menjadi pertimbangan bagi para investor yang ingin mengambil keputusan yang lebih bijak.

Sumber: Bisnis.com