BEI Optimalkan Likuiditas Pasar Melalui Beragam Inovasi Produk dan Kebijakan
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyadari, pasar modal butuh sentuhan yang tepat untuk meningkatkan minat investor bertransaksi, terutama di tengah tekanan ekonomi global yang masih dirasakan. Oleh sebab itu, pada 2025, BEI bergerak dengan mengenalkan sejumlah produk dan kebijakan terbaru yang tidak hanya kuantitas tapi juga kualitasnya ditingkatkan.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan bahwa salah satu fokus utama adalah menyediakan lebih banyak pilihan murah dan menarik bagi investor dengan meningkatkan jumlah dan kualitas produk di pasar modal. Konsep likuiditas pasar sendiri mengacu pada kemampuan pasar dalam menampung volume transaksi besar secara cepat tanpa menyebabkan fluktuasi harga aset yang signifikan.
Saham Mercusuar Jadi Andalan
Salah satu strategi BEI adalah menggaet lebih banyak perusahaan mercusuar atau lighthouse. Ini adalah perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 3 triliun dan saham publik (free float) minimal 15 persen. Target tahun ini adalah menghadirkan lima perusahaan baru dengan status mercusuar, meningkat dari tahun sebelumnya.
Per Mei 2025, sudah ada tiga perusahaan mercusuar terdaftar, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI). Tak lama lagi, giliran PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang siap melantai, sebagai anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk milik konglomerat Prajogo Pangestu.
Produk Derivatif dan Kontrak Berjangka Baru
Selain saham, BEI juga memperluas pasar derivatif. Kontrak berjangka indeks asing dan foreign index futures MSCI Hong Kong menjadi produk baru yang diperkenalkan pada 2025. Produk single stock futures (SSF) juga kini diperluas cakupannya, dari 5 perusahaan di indeks LQ45 menjadi 10 perusahaan.
Tak kalah menarik, produk waran terstruktur yang kini lengkap dengan jenis call dan put semakin memberikan variasi pilihan untuk strategi investasi lebih canggih.
Liquidity Provider, Solusi untuk Saham Kurang Likuid
Di kuartal III-2025, BEI akan memperkenalkan program liquidity provider (LP). Program ini mengajak anggota bursa untuk menjadi penyedia likuiditas bagi ratusan saham yang selama ini kurang mendapat perhatian tetapi memiliki fundamental yang kuat.
Menurut Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, saat ini sudah ada lebih dari 400 saham yang bisa dijual beli oleh LP. Sebagai insentif, LP akan bisa menambah saham LQ45 dan saham lain hingga total sekitar 600 saham. Program ini diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi dan likuiditas pasar secara signifikan.
Kebijakan Pembukaan Kode Domisili Investor
Setelah sempat tertutup parsial sejak 2022, BEI akan membuka kembali kode domisili investor, memungkinkan investor mengidentifikasi asal domisili pelaku pasar yang melakukan transaksi jual beli di suatu efek. Ini jadi penting karena investor jangka pendek banyak memanfaatkan data aktivitas investor asing, yang saat ini memegang 44 persen aset pasar modal per Mei 2025.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI, Irvan Susandy, memastikan bahwa sistem internal untuk membuka kode domisili sedang disiapkan dan ditargetkan berjalan pada kuartal III-2025. Harapannya, kebijakan ini dapat mendorong transaksi terutama di sesi kedua perdagangan yang biasanya lebih kecil dibanding sesi pertama.
Dampak pada Kinerja BEI
Lebih likuidnya pasar tentu berkorelasi dengan peningkatan pendapatan BEI sebagai perusahaan terbuka yang harus menghasilkan profit. Pada 2024, BEI menorehkan pendapatan Rp 12,85 triliun, naik 12,9 persen dari tahun sebelumnya, dengan sekitar 74 persen berasal dari biaya transaksi.
Nilai rata-rata transaksi harian (RNTH) pada 2024 mencapai Rp 12,9 triliun, dan pada Mei 2025 sudah menembus Rp 12,9 triliun, naik dibanding Mei 2024 yang Rp 12,2 triliun.
Kenaikan aktivitas perdagangan tahun ini banyak dipicu oleh volatilitas pasar yang tinggi, termasuk dua kali trading halt akibat aksi jual besar secara tiba-tiba yang menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sentimen Pasar dan Tantangan Global
Morgan Stanley mencatat faktor geopolitik menjadi salah satu pendorong sentimen pasar yang fluktuatif. Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi global, terutama di negara berkembang, serta penguatan dolar AS juga menjadi tekanan bagi pasar saham di Indonesia dan negara-negara serupa.
Kesimpulan
BEI nampaknya serius menyiapkan berbagai jurus untuk menstimulasi likuiditas pasar modal Indonesia. Dengan kombinasi penerbitan saham mercusuar, perluasan produk derivatif, program liquidity provider, serta transparansi kode domisili investor, pasar modal diharapkan makin hidup dan menarik investor baru maupun lama.
Apakah langkah-langkah ini cukup untuk mengangkat pasar modal RI dari tekanan global? Waktu yang akan menjawab, tapi setidaknya arah ini memberikan sinyal positif kepada investor. Siapkan strategi dan terus pantau perkembangannya!
:quality(80)/https://cdn-dam.kompas.id/images/2025/03/18/88b2164847b9897cffbdcc459e0e41b1-20250318PRI16HR.jpg)