Bisnis.com, JAKARTA — Dalam minggu lalu, terjadi keluarnya dana investor asing yang signifikan dari pasar saham Indonesia, dengan total mencapai Rp6,12 triliun. Angka ini jelas berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami kontraksi.
Menurut data dari RTI Business, penjualan bersih (net sell) oleh investor asing telah menghampiri total Rp55,25 triliun sepanjang tahun ini. Lebih mencolok lagi, sejak tanggal 18 hingga 25 Juni 2025, investor asing tercatat secara konsisten melakukan net sell selama enam hari berturut-turut Total akumulasi pada periode tersebut mencapai Rp6,76 triliun. Namun, ada sedikit cahaya harapan ketika pada 26 Juni, terjadi catatan net buy sebesar Rp2,02 triliun.
Akibat dari aksi jual ini, IHSG tercatat mengalami penurunan sebesar 0,14% per tanggal 26 Juni 2025, ditutup di posisi 6.897,40, dari angka sebelumnya 6.907,13 pada pekan lalu.
Dari keterangan yang disampaikan oleh Aulia Noviana Utami Putri, P.H. Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar juga alami penurunan 0,01% menjadi Rp12.098 triliun, dari sebelumnya Rp12.099 triliun. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) juga merosot sebesar 12,35% selama sepekan ini.
"Rata-rata frekuensi harian Bursa selama sepekan ini turun 8,68%." — Aulia Noviana Utami Putri
Waspadai Aksi Jual Bersih
Aksi net sell yang beruntun membuat IHSG mengalami penurunan hingga 0,5%, dengan penutupan di level 6.832,1 pada tanggal 25 Juni 2025. Data menunjukkan bahwa investor asing mencatatkan net outflow sebesar Rp931,2 miliar pada perdagangan hari itu.
Dari data Mirae Asset, terlihat saham perbankan besar seperti BMRI dan BBCA mengalami penurunan signifikan, masing-masing sebesar 2,9% dan 2,0% pada level penutupan Rp4.880 dan Rp8.600. Pada penutupan perdagangan 26 Juni 2025, saham BMRI justru tercatat menguat 2,97% ke level Rp5.025, sementara BBCA naik 0,58% menjadi Rp8.650.
Meskipun ada sedikit pemulihan pada saham-saham tersebut, sentimen pasar saat ini masih berhati-hati. Investor enggan mengambil risiko dengan banyak yang memilih untuk bersikap wait and see, sambil menunggu keputusan mengenai pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) yang diantisipasi terjadi dua kali di tahun ini.
Tidak hanya itu, perhatian pasar juga tertuju pada negosiasi perdagangan, khususnya menjelang tenggat waktu 9 Juli 2025. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa tenggat waktu tersebut kemungkinan akan diperpanjang, terutama karena Kongres AS sedang dalam proses pengesahan anggaran fiskal.
Walaupun IHSG ledak naik, banyak yang percaya level support di angka 6.780 masih bisa bertahan. Jika level ini bertahan dengan baik, kita mungkin akan melihat potensi short term technical rebound.