IHSG Melemah di Tengah Ketidakpastian Geopolitik Timur Tengah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I Rabu, 25 Juni 2025, kembali mengalami tekanan dan ditutup melemah sebanyak 0,44% atau turun sekitar 31 poin ke level 6.838. Sementara itu, bursa regional Asia menunjukkan pergerakan yang variatif setelah adanya pengumuman gencatan senjata antara Iran dan Israel pada Selasa malam.
Volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 116,55 juta lot dengan nilai transaksi sekitar Rp7,26 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 210 saham menguat, 409 saham melemah, dan 168 saham stagnan.
Gencatan Senjata, Tapi Masih Rentan
Gencatan senjata ini dimediasi Amerika Serikat setelah insiden saling tembak rudal yang tidak memakan korban jiwa. Berita ini sempat menjadi angin segar yang mereduksi kekhawatiran pasar terkait potensi eskalasi konflik di kawasan. Hal ini juga menekan harga minyak dunia, dengan minyak Brent turun lebih dari 5% ke kisaran US$67,90 per barel, seiring mulai hilangnya premi risiko perang dari harga.
Namun, kemenangan pasar sepertinya tidak bertahan lama. Analis Mirae Asset Sekuritas, Karinska Prayitno, menyatakan bahwa gencatan senjata ini masih bersifat rapuh dan lebih pada simbolis. Masalah utama seperti program nuklir Iran dan konflik proksi di kawasan masih berlangsung, sehingga risiko geopolitik tetap tinggi dan dapat memicu gejolak harga energi kapan saja.
"Meski menjadi angin segar jangka pendek, kami perlu waspada karena risiko geopolitik belum benar-benar hilang," kata Karinska.
Klaim dan Penolakan Soal Program Nuklir
Klaim Amerika Serikat yang menyatakan serangan udara mereka telah menghancurkan kemampuan nuklir Iran, ternyata dibantah oleh intelijen AS sendiri. Menurut penilaian intelijen, serangan tersebut hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan, berbeda dengan pernyataan mantan Presiden Trump yang mengklaim bahwa program nuklir Iran sudah "dihancurkan".
Kyle Rodda, analis senior di Capital.com, menambahkan bahwa pasar tampaknya mulai mengabaikan gencatan senjata yang rapuh ini dan masih fokus pada data serta sentimen pasar lainnya.
Apa Arti Ini bagi Investor?
Kondisi saat ini mengingatkan kita bahwa pasar saham rentan terhadap sentimen geopolitik. Meski ada pesan positif dari gencatan senjata, fakta bahwa konflik dan ketegangan nuklir masih berlanjut berarti investor harus tetap prudent. Ada kalanya aksi profit taking akan terjadi saat ketidakpastian seperti ini melanda.
Jadi, apakah ini saat yang tepat untuk masuk pasar, atau sebaiknya menunggu kepastian yang lebih kuat? Sebaiknya, tetap pantau perkembangan geopolitik dan berita ekonomi global yang mempengaruhi pasar dalam waktu dekat.
Dilaporkan oleh Irdiya Setiawan