IHSG Berpeluang Menguat, Saham Ini Dapat Untuk Dicermati Investor
Selasa, 29 Juli 2025Berita Pasar Saham

Simak perkembangan terbaru terkait potensi penguatan IHSG dan rekomendasi saham menarik yang dapat menjadi incaran investor.

IHSG Memperlihatkan Potensi Penguatan

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren penguatan sepanjang pekan lalu dengan kenaikan sebesar 3,17%. Data dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menunjukkan aliran dana investor di pasar reguler tercatat mencapai Rp413 miliar.

Analis Ekuitas IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa tren kenaikan ini sudah berlangsung sejak 10 Juli 2025, ketika IHSG berhasil breakout dari pola minor cup and handle. Sejak saat itu, IHSG tetap konsisten bergerak di atas rata-rata pergerakan lima hari (MA5). Ini menunjukkan adanya akselerasi penguatan yang cukup solid.

Sektor Penopang IHSG

"Dua sektor yang menjadi penopang utama penguatan IHSG adalah sektor infrastruktur (IDXINFRA) dan teknologi (IDXTECHNO)," ujar Imam dalam keterangan resmi yang dirilis pada Senin (28/7/2025).

Ia juga mencatat beberapa saham yang mengalami kenaikan signifikan, di antaranya DCII, EMTK, WIFI, dan EDGE dari sektor teknologi, serta BREN, SSIA, dan TOWR dari sektor infrastruktur.

Kedua sektor saham ini juga dinilai sangat sensitif terhadap suku bunga. Kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi katalis positif bagi pergerakan saham-saham di sektor ini.

Sentimen Global dan Risiko Investasi Asing

Imam juga menyoroti kesepakatan tarif impor antara Amerika Serikat dan Jepang sebesar 15% yang dicapai pada 22 Juli 2025. Ia menyebut kesepakatan ini dapat memberikan dampak ganda bagi Indonesia.

"Kesepakatan ini bisa mengurangi ketegangan perdagangan global dan menurunkan indeks volatilitas (VIX) hingga 11,71% dalam sepekan. Namun di sisi lain, ada potensi penurunan investasi langsung Jepang ke Indonesia karena fokus mereka bisa beralih ke AS," jelas Imam.

Jepang dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia, dengan realisasi investasi mencapai USD 1 miliar pada kuartal I 2025.

Tantangan Domestik: Perubahan Skema RKAB

Dari dalam negeri, terdapat kebijakan baru Kementerian ESDM terkait pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahunan untuk sektor pertambangan. Sebelumnya, RKAB diajukan untuk jangka waktu 3 tahun, tetapi mulai Oktober 2025, semua perusahaan tambang wajib mengajukannya setiap tahun.

Imam mencemaskan kebijakan ini karena dapat berdampak negatif bagi perencanaan investasi. "Pengajuan tahunan menimbulkan ketidakpastian dan berisiko menunda produksi jika proses persetujuannya terhambat," lanjutnya.

Proyeksi IHSG dan Data Ekonomi Penting

Untuk pekan ini (28 Juli – 1 Agustus 2025), pasar akan mencermati beberapa data ekonomi penting dari dalam dan luar negeri.

Dari Amerika Serikat, pasar menantikan pengumuman suku bunga The Federal Reserve (the Fed) pada 31 Juli 2025. Konsensus memperkirakan suku bunga akan tetap di level 4,25%-4,50% dengan probabilitas 95,9%. AS juga akan merilis data inflasi PCE untuk Juli, yang diperkirakan akan naik ke 0,3% dari 0,2% di bulan sebelumnya seiring membaiknya data tenaga kerja.

Sedangkan dari dalam negeri, Indonesia akan merilis data inflasi Juli yang diperkirakan naik ke 2,1% menurut TEForecast, serta data PMI manufaktur yang kemungkinan besar masih berada di zona kontraksi. Sebaliknya, PMI Caixin China diperkirakan tetap berada di level ekspansi, yakni 50,3.

Imam memprediksi IHSG masih berpotensi melanjutkan tren bullish namun mulai terbatas di kisaran support 7.400 dan resistance 7.700. "IHSG sudah menyentuh eksternal ratio Fibonacci 1,618, menandakan potensi jenuh beli," ujarnya.

Rekomendasi Saham dan Obligasi dari IPOT

Melihat perkembangan pasar, IPOT merekomendasikan beberapa instrumen investasi menarik:

  • ASRI (Alam Sutera Realty)
    Buy on Pullback pada harga 149-150, target 160, stop loss <146. ASRI akan merilis tiga proyek baru dan berpotensi diuntungkan dari insentif PPN DTP serta pemangkasan suku bunga.
  • BRPT (Barito Pacific)
    Buy pada harga 2.480, target 2.640, stop loss <2.400. BRPT mencatatkan pembelian bersih tertinggi serta bergerak dalam tren naik yang kuat.
  • WIFI (PT Solusi Sinergi Digital)
    Buy on Breakout pada harga 2.870, target 3.040, stop loss <2.790. Perusahaan mengakuisisi penyedia internet Flynet/Bali Internet dan memperluas jangkauan bisnis digital.

Disclaimer

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sumber: Liputan6