:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4277617/original/021298300_1672400413-Penutupan_Perdagangan_Bursa_Efek_Indonesia_2022-Angga-6.jpg)
Jakarta, Liputan6.com – Pekan 16-20 Juni 2025 menorehkan grafik lesu bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG melemah hingga 3,61% ke posisi 6.907,13, berbalik arah dari pekan sebelumnya yang justru sempat naik 0,74% ke 7.166,06.
Menurut analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, penurunan tajam ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang bertindak sebagai "beban" terhadap pergerakan IHSG selama sepekan terakhir:
- Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah: Konflik yang memanas selalu jadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global.
- Liontin harga minyak mentah yang naik: Kenaikan harga komoditas ini berdampak langsung pada berbagai sektor dan mengerek kekhawatiran inflasi.
- Sikap bank sentral yang menahan suku bunga acuan: Mulai dari Bank Indonesia, Federal Reserve (the Fed), hingga Bank Sentral China, semua cenderung mempertahankan kebijakan suku bunga, menambah tekanan pasar.
- Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang mengecil menjadi 1,4%: Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan global.
"Keempat poin ini saling berkaitan dan memicu aksi jual dalam skala besar," ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Tren negatif makin diperparah oleh aksi jual besar-besaran dari investor asing, yang membukukan penjualan saham hingga Rp 4,5 triliun, berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya dimana mereka justru membeli saham senilai Rp 1,3 triliun.
Selain dari sisi kepemilikan, aktivitas transaksi juga menurun:
- Rata-rata nilai transaksi harian melemah 7,63% menjadi Rp 15,01 triliun dari Rp 16,24 triliun pada pekan sebelumnya.
- Frekuensi transaksi harian turun 8,15% menjadi 1,31 juta kali transaksi.
- Volume transaksi harian turun 13% menjadi 24,41 miliar saham dari 28,05 miliar saham.
Total Emisi Obligasi Meningkat
Di tengah gejolak pasar saham, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan adanya dua pencatatan obligasi baru pada Kamis, 19 Juni 2025:
- Obligasi I Dwi Guna Laksana Tahun 2025 oleh PT Dwi Guna Laksana Tbk, dengan nilai Rp300 miliar dan rating irA- (Single A Minus) dari PT Kredit Rating Indonesia. PT Bank Sinarmas Tbk bertindak sebagai wali amanat.
- Obligasi Subordinasi Berkelanjutan III Bank Victoria Tahap II Tahun 2025 diterbitkan oleh PT Bank Victoria International Tbk dengan nilai nominal Rp500 miliar dan peringkat idBBB (Triple B) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). PT Bank Mega Tbk bertugas sebagai wali amanat.
Sepanjang 2025, jumlah emisi obligasi dan sukuk yang tercatat mencapai 58 emisi dari 37 emiten, dengan total nilai Rp71,08 triliun. Secara keseluruhan, terdapat 619 emisi dengan outstanding sebesar Rp491,84 triliun dan USD 112,08 juta dari 134 emiten di BEI.
Sementara Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebanyak 189 seri dengan nilai mencapai Rp6.351,32 triliun dan USD 502,10 juta. Adapun Efek Beragun Aset (EBA) yang terdaftar berjumlah 7 emisi dengan nilai total Rp2,22 triliun.
Refleksi Pekan Sebelumnya: Sentimen Positif dan Lonjakan Volume
Sebelum terjadinya penurunan, IHSG justru menguat pada pekan 9-13 Juni 2025 sebesar 0,74% ke posisi 7.166,06, terdorong oleh sejumlah faktor positif:
- Data ekonomi China dan AS yang mulai melandai memberi harapan stabilitas.
- Menguatnya dolar AS terhadap rupiah yang disebabkan adanya harapan potongan suku bunga (cut rate) pasca kesepakatan dagang antar AS dan China yang hampir tercapai.
- Namun, ketegangan geopolitik Timur Tengah mulai naik kembali, yang menjadi perhatian investor.
Volume transaksi juga menunjukkan tren yang apik dengan rata-rata volume transaksi harian melonjak 15,52% menjadi 28,05 miliar saham dan frekuensi transaksi naik 3,98% menjadi 1,42 juta kali. Namun, nilai transaksi harian sedikit menurun 5,21% menjadi Rp 16,24 triliun.
Investor asing pada periode itu mencatatkan pembelian saham senilai Rp 1,3 triliun, sangat berbeda dengan pekan penurunan terakhir.
Jadi, apa yang harus investor lakukan sekarang? Meski IHSG sedang dalam tekanan, pemahaman terhadap faktor global dan domestik yang mendorong pasar sangat penting. Sentimen geopolitik dan kebijakan moneter global akan terus mempengaruhi pergerakan pasar. Tetap waspada, pantau berita terkini, dan susun strategi investasi yang adaptif.
Semoga informasi ini membantu kamu memahami dinamika pasar saham pekan ini. Jangan lupa stay updated dan terus belajar ya!