
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini dimulai dengan optimisme di pasar saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik cukup signifikan sebesar 0,73% atau setara 52 poin, menyentuh 7.169,51.
Tidak hanya angka indeks yang menggembirakan, pergerakan saham juga cukup variatif: 303 saham menguat, 276 melemah, dan 224 saham stagnan. Total transaksi yang dicapai cukup tinggi yakni Rp 6,68 triliun dengan volume 10,86 miliar saham yang berpindah tangan lewat 726.567 kali transaksi. Ini menandakan aktivitas pasar yang sibuk.
Mayoritas sektor mengikuti tren positif, dengan sektor bahan baku yang mencuri perhatian dengan kenaikan agresif 3,58%. Tak kalah menarik, sektor utilitas dan teknologi juga menguat masing-masing di kisaran 1,18% dan 1,14%.
Kalau melihat kontributor utama IHSG hari ini, saham tambang emas dan tembaga dari Grup Salim yaitu Amman Mineral Internasional (AMMN) menjadi bintang panggung dengan sumbangan 15,80 poin indeks – cukup besar untuk sebuah saham.
Tak jauh di belakang, saham Bank Central Asia (BBCA) dan Chandra Asri Petrochemical (TPIA) juga memberikan pengaruh positif dengan masing-masing menambah 11,93 dan 9,58 poin ke indeks.
Menariknya, beberapa emiten pelat merah ikut mendukung lonjakan IHSG, seperti Telkom Indonesia (TLKM) yang menyumbang 5,7 poin, Aneka Tambang (ANTM) dengan 2,45 poin, dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang memberi tambahan 1,53 poin.
Kalau kembali mengingat perdagangan kemarin, pasar keuangan sedikit tak seirama: IHSG justru menutup sesi dengan pelemahan, sementara Rupiah menguat terhadap dolar AS. Tentu ini memberi sinyal bahwa momentum penguatan hari ini memang sudah ditunggu, seiring menguatnya bursa Wall Street dan bursa Asia lainya.
Namun, pekan ini diyakini akan penuh volatilitas. Ada sejumlah sentimen global yang sedang memancing ketegangan: penolakan gencatan senjata oleh Iran dengan Israel, utang luar negeri Indonesia yang naik, serta ketidakpastian kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI).
Investor tampaknya berhati-hati. Walaupun harapan gencatan senjata di Timur Tengah semestinya jadi katalis positif bagi pasar saham, para pelaku pasar tetap memilih menunggu keputusan kebijakan moneter yang akan diambil The Fed pada Rabu mendatang. Prediksi saat ini adalah The Fed akan mempertahankan suku bunga tanpa perubahan, dengan kemungkinan pemangkasan paling cepat baru September mendatang.
Jack Ablin, kepala investasi Cresset Capital, menyoroti situasi ini: "Suku bunga yang masih tinggi cukup membingungkan, mungkin pasar sedang mengantisipasi inflasi yang bertahan lama. Kalau pun tidak ada kejutan, ketidakpastian yang makin meningkat dan tarif yang dikenakan bisa membuat The Fed cenderung tidak bergerak."
Tidak kalah penting, pekan ini juga akan diumumkan data ekonomi Amerika Serikat yang meliputi penjualan ritel bulanan, harga impor, dan klaim pengangguran mingguan. Data-data ini tentu akan menambah wawasan investor terhadap kondisi ekonomi global.
Intinya
IHSG sedang menunjukkan performa yang menjanjikan dengan dukungan saham-saham unggulan, tapi situasi pasar tetap harus diikuti secara cermat oleh investor, terutama berkaitan dengan kebijakan suku bunga dan perkembangan geopolitik global.
Jika Anda menjadi investor, perhatikan saham-saham yang menjadi kontributor utama hari ini seperti AMMN, BBCA, TPIA, dan TLKM. Selain itu, siapkan strategi antisipasi volatilitas mingguan—entah itu dengan take profit di level yang diincar atau menjaga posisi dengan stop loss ketat.
Selalu ingat, pasar itu dinamis dan tidak semua penguatan akan berlangsung lama tanpa tantangan.
Siapkah portofolio Anda menghadapi mingguan volatil ini?
(fsd/FS)
Video terkait pasar saham dan geopolitik tersedia sebagai referensi tambahan.