IHSG Mendadak Turun, Saham BBCA Jadi Penyebab Utama
Kamis, 26 Juni 2025Berita Pasar Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada sesi pertama perdagangan hari ini. Penurunan saham Bank Central Asia (BBCA) menjadi kontributor terbesar yang membebani indeks.

Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia

IHSG Kembali Turun, BBCA Jadi Biang Kerok

Jakarta – IHSG yang awalnya dibuka positif dengan kenaikan 0,58% atau setara 39,75 poin, secara mendadak berbalik arah dan berakhir di zona merah pada sesi pertama hari ini, Rabu (25/6/2025). Pada penutupan perdagangan siang, IHSG tercatat turun 0,44% atau 30,45 poin ke level 6.838,72.

Pergerakan pasar cukup aktif dengan 210 saham menguat, 409 saham melemah, dan 168 saham stagnan. Harga saham yang bergerak ini mempengaruhi kapitalisasi pasar Indonesia yang melejit menjadi Rp 12.042 triliun.

Transaksi dan Sektor Tertekan

Total transaksi mencapai Rp 7,26 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 11,65 miliar saham yang diperdagangkan dalam 715.816 kali transaksi. Sayangnya, seluruh sektor di pasar saham tercatat melemah, terutama sektor properti dan finansial yang mengalami tekanan paling besar.

Saham BBCA Tertekan, Jadi Beban Berat IHSG

Saham Bank Central Asia (BBCA), pemegang kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, melemah 2,28% ke harga Rp 8.575 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 1.057 triliun. Penurunan ini menyumbang koreksi sebesar 13,63 poin pada IHSG.

Tak hanya BBCA, saham sektor perbankan lainnya ikut menekan pasar hari ini. BMRI memberikan andil pelemahan sebesar 10,13 poin. Selain itu, saham TPIA, MDKA, dan ANTM juga menjadi faktor penurunan indeks.

Sentimen Global Mulai Mereda

Kabar baik datang dari dunia internasional, di mana Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang sudah lama berkonflik. Kesepakatan ini sedikit meredakan kekhawatiran pasar global.

Dukungan lain datang dari pernyataan Wakil Ketua The Fed, Michelle Bowman, yang menyinggung kemungkinan penurunan suku bunga mulai Juli 2025 jika inflasi tetap terkendali. Hal ini diharapkan bisa menjaga pasar tenaga kerja dan perekonomian AS tetap stabil.

Waspada Volatilitas

Meski pasar menunjukkan sinyal positif, para pelaku pasar harus tetap waspada terhadap potensi volatilitas, terutama karena pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang masih menunjukkan sikap hawkish dan belum bersedia memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Beberapa Sentimen yang Perlu Diperhatikan Hari Ini:

1. Pernyataan Jerome Powell: Dalam kesaksian di DPR AS, Powell menyampaikan bahwa penurunan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat sambil menunggu dampak tindakan tarif yang sedang dirancang.

2. Reaksi Trump terhadap Gencatan Senjata: Trump menyayangkan adanya pelanggaran gencatan senjata oleh Israel dan Iran yang berujung pada serangan Israel ke Teheran. Ia meminta Israel untuk menghentikan serangan tersebut.

3. Harga Minyak Jatuh: Harga minyak mentah dunia ambruk sekitar 6%, memperpanjang tren penurunan selama tiga hari berturut-turut karena gencatan senjata mengurangi risiko gangguan pasokan minyak, terutama lewat Selat Hormuz.

4. Pelemahan Indeks Dolar dan Imbal Hasil Treasury AS: Indeks dolar AS melemah ke level terendah sejak Maret 2022, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 4,29% - ini memberikan sentimen positif bagi mata uang rupiah dan pasar obligasi Indonesia.


Meski IHSG hari ini berakhir di zona merah, momentum pengumuman gencatan senjata dan sinyal penurunan suku bunga oleh The Fed bisa menjadi titik terang. Namun jangan lupa, volatilitas pasar masih perlu diwaspadai terutama saat pidato penting The Fed seperti dari Jerome Powell.

Jadi, sebaiknya terus pantau sentimen global dan pergerakan saham utama seperti BBCA serta sektor perbankan lainnya guna mengantisipasi fluktuasi yang bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

(Penulis: Romys Binekasri - CNBC Indonesia)