IHSG Tersungkur dan Rupiah Melemah, Simak Strategi Cerdas untuk Investor Kini
Jumat, 20 Juni 2025Berita Pasar Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di tengah ketegangan geopolitik dan pelemahan rupiah. Namun, jangan panik dulu, ini cara jitu menjaga investasi Anda tetap aman dan produktif.

IHSG Bertahan Tapi Tekanan Meningkat

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan sekitar level 7.107, masih cukup nyaman di atas level psikologis 7.000. Namun, kombinasi peperangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel, tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS, serta ketidakpastian menjelang keputusan suku bunga The Fed membuat pasar semakin waspada. Dari sisi teknikal, IHSG mulai menunjukkan pola konsolidasi melemah (sideways to bearish).

Indikator seperti RSI yang turun ke kisaran 47 dan MACD yang mengarah ke dead-cross mempertegas adanya tekanan jual. Volume transaksi yang menurun juga mengindikasikan minat beli dari investor jangka pendek mulai melemah.

Titik Kritis Support dan Resistance

Hendra Wardhana, pengamat pasar modal dan pendiri Stocknow.id, mengingatkan bahwa rentang support penting berada di 7.000–6.960, dengan resistance terdekat ada di kisaran 7.170–7.200.

“Jika konflik Iran-Israel semakin memanas dan rupiah menembus Rp16.400 per dolar AS, potensi IHSG menembus ke bawah 7.000 jadi sangat besar,” ujar Hendra.

Tetap Optimis, Ada 4 Sentimen Positif

Meski pasar sedang berguncang, sejumlah sentimen domestik memberikan angin segar buat investor:

  1. Bank Indonesia Mempertahankan Suku Bunga — BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5,5%, sinyal stabilitas moneter nasional.
  2. Arus Dana Domestik Solid — Investor ritel dan institusi lokal masih aktif, jadi bantalan saat investor asing cenderung wait and see.
  3. Musim Dividen Segera Tiba — Emiten seperti NCKL, CTBN, dan PGAS bersiap bagikan dividen, menarik buat pencari pendapatan pasif.
  4. Momentum Laporan Keuangan Semester I — Potensi aksi window dressing dan rotasi sektor bisa mengangkat harga saham tertentu.

Kombinasi faktor ini masih mampu menjaga pasar agar tetap hidup di tengah tekanan global.

Sektor Saham yang Perlu Diperhatikan

Investor disarankan untuk pilih-pilih sektor dengan seksama:

  • Transportasi Udara & Logistik: Rentan kena dampak lonjakan harga minyak dan gangguan rantai pasok dari konflik geopolitik.
  • Properti Mewah & Konstruksi Besar: Tertekan oleh pelemahan rupiah dan beban fiskal.
  • Perbankan Big Cap: Berpotensi koreksi jangka pendek karena ekspektasi rupiah melemah dan yield global naik.

Sebaliknya, sektor komoditas dan energi tetap menjadi pilihan unggulan, seiring kenaikan harga emas, nikel, dan amonia. Saham seperti ANTM (target 3.660), ESSA (trading buy, target 780), dan BRPT (target 1.630) layak dikoleksi.

“Pilih sektor yang tahan guncangan seperti energi, komoditas, konsumer, serta telko dan tower yang relatif stabil,” tambah Hendra.

Strategi Investasi untuk Pasar yang Tak Menentu

Kondisi pasar yang fluktuatif menuntut strategi investasi yang fleksibel dan disiplin:

  • Jangka Pendek: Fokus pada saham komoditas dan defensif yang mengalami koreksi sehat. Terapkan manajemen risiko dengan stop loss ketat dan take profit cepat.
  • Jangka Menengah: Manfaatkan momentum laporan keuangan semester I untuk mengakumulasi saham unggulan yang harga telah turun.
  • Jangka Panjang: Susun strategi dollar-cost averaging di saham dengan fundamental kuat di sektor energi transisi, telekomunikasi, dan konsumsi dasar.

“Peluang akan selalu ada bagi investor yang disiplin, adaptif, dan selektif dalam memilih sektor serta timing,” tutup Hendra.


Menghadapi ketidakpastian pasar memang menantang, tapi dengan strategi tepat dan seleksi saham yang cermat, Anda bisa menjaga portofolio tetap sehat dan berkembang. Yuk, bijak berinvestasi dan pantau terus perkembangan pasar supaya tidak ketinggalan momentum terbaik!

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Sumber: Liputan6