Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025).
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kejatuhan tajam lebih dari 1% dalam 40 menit pertama perdagangan hari Kamis, 19 Juni 2025.
IHSG ditutup turun sekitar 82 poin atau 1,15%, menuju level 7.025,78. Volume saham yang diperdagangkan besar, mencapai 5,5 miliar saham melalui 367.250 transaksi dengan nilai transaksi Rp 3,2 triliun. Kapitalisasi pasar turut mengecil menjadi Rp 12.312,48 triliun.
Lho, kenapa tiba-tiba ambruk? Ternyata, sektor finansial menjadi biang kerok utama penurunan ini. Salah satu faktor utama adalah keputusan Bank Indonesia (BI) dan The Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mereka alias menahan kenaikan suku bunga.
Sektor finansial turun cukup dalam sebesar 0,38%, diikuti sektor teknologi yang anjlok 0,24%. Namun, tidak semua sektor turun, sektor bahan baku justru naik 0,74% dan utilitas naik 0,59%.
Saham-saham perbankan besar menjadi pemberat terbesar. Saham BBRI memberi sumbangan penurunan sebesar -7,65 poin indeks, BMRI menyumbang -6,61 poin, dan BBCA turun -1,7 poin indeks.
Suku Bunga Tetap, Pasar Bereaksi
Keputusan BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 17-18 Juni 2025 tetap mempertahankan BI-Rate di 5,50%. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga tidak berubah di 4,75% dan 6,25%.
Alasannya? Inflasi Indonesia diperkirakan tetap rendah dalam batas sasaran 2,5±1%, stabilitas nilai tukar rupiah juga tetap terjaga. Langkah ini bertujuan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap sehat dan seimbang.
Sementara itu, The Fed juga menahan suku bunga di level 4,25-4,50%. Meskipun sudah menahan suku bunga selama empat pertemuan terakhir, proyeksi "dot plot" FOMC masih menampakkan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga dalam 2025.
The Fed memperkirakan inflasi akan tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Jadi, mereka masih waspada terhadap risiko inflasi di AS.
Sentimen Negatif Geopolitik Masih Membayangi
Selain pengaruh keputusan suku bunga, sentimen geopolitik juga turut menyulitkan pasar. Ketegangan antara Israel dan Iran yang semakin memanas dengan dukungan dari negara G7 kepada Israel menambah ketidakpastian global.
Investor jadi ekstra hati-hati di tengah ketidakjelasan ini, sehingga membuat pasar saham bereaksi negatif.
Jadi, buat kamu yang sedang memantau pasar saham, ada baiknya perhatikan berita kebijakan suku bunga, karena dampaknya bisa langsung terasa di pasar. Jangan lupa juga pantau isu geopolitik yang masih jadi bom waktu untuk volatilitas pasar.
Siapkan strategi kamu agar tetap tenang dan cerdas dalam menghadapi fluktuasi pasar seperti ini.
(mkh/mkh)