IHSG Melemah di Level 7.628
Pada hari Selasa, 9 September 2025, IHSG ditutup di angka 7.628,61, mengalami penurunan sebesar 1,78%. Ini adalah hari yang sulit bagi banyak investor, terutama yang memiliki saham-saham dari bank besar seperti BBRI, BBCA, dan BMRI, yang mencatatkan penurunan tajam.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di level 7.748,51 dan sempat mencapai level tertinggi di 7.791,33 sebelum akhirnya terjun ke level terendah 7.619,72 saat penutupan.
Total nilai transaksi yang terjadi pada hari itu mencapai Rp24,81 triliun dengan volume transaksi mencapai 38,57 miliar lembar. Jumlah frekuensi transaksi tercatat sebanyak 2,35 juta kali. Market capitalization pasar modal Indonesia kini mencapai Rp13.755 triliun.
Saham Bank Jumbo Tertekan
Pelemahan yang terlihat sangat signifikan pada saham-saham bank besar. Berikut beberapa contoh penurunan harga:
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 2,82%
- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 2,27%
- PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 4,01%
- PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 2,39%
Saham dari sektor lainnya juga tidak luput dari tekanan ini, seperti saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) yang melorot hingga 8,03% dan TLKM turun 1,29%.
Top Losers dan Gainers
Pada perdagangan kali ini, terdapat beberapa saham yang mencatatkan kinerja paling jeblok, yaitu:
- PT Ginting Jaya Energi Tbk. (WOWS) turun 14,29%
- PT MNC Sky Vision Tbk. (MSKY) turun 12,96%
- PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk. (DEPO) turun 12,9%
Di sisi lain, saham-saham dengan performa terbaik atau top gainers antara lain:
- PT Global Sukses Digital Tbk. (DOSS) naik 34,78%
- PT Puri Sentul Permai Tbk. (KDTN) naik 34,19%
- PT Lion Metal Works Tbk. (LION) naik 25%
Reshuffle dan Pengaruhnya Terhadap Pasar
Koreksi yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh reshuffle Menteri Keuangan, Sri Mulyani, yang digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Ketidakpastian ini menciptakan ketakutan di kalangan investor mengenai arah kebijakan ekonomi yang baru.
Sebagaimana dilaporkan oleh Tim Riset Phintraco Sekuritas, reaksi pasar ini mencerminkan kekhawatiran akan potensi perubahan kebijakan yang akan datang. Investor kini lebih memilih untuk menunggu dan melihat kebijakan apa yang akan diambil oleh pejabat baru selanjutnya.
Menyusul reshuffle, terdapat juga laporan bahwa cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2025 tercatat turun menjadi US$150,7 miliar dari sebelumnya US$152 miliar pada Juli 2025, mengakibatkan lebih banyak kekhawatiran di pasar.
Dengan semua dinamika ini, investor diharapkan lebih jeli dalam memilih saham dan mengambil keputusan investasi. Apa yang akan terjadi selanjutnya di pasar saham? Waktulah yang akan menjawabnya.