Kinerja Indeks Bisnis-27 Lesu Sementara IHSG Memecahkan Rekor Baru
Jumat, 15 Agustus 2025Berita Pasar Saham

Hari ini, Indeks Bisnis-27 mengalami penurunan yang signifikan, berbeda dengan IHSG yang mencapai rekor baru. Apa yang menyebabkan perbedaan ini dan bagaimana analisisnya?

Menyikapi Pergerakan Indeks

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 ditutup di level 533,95, mengalami penurunan sebesar 0,28%. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memecahkan rekor dengan ditutup di angka 7931,25, atau meningkat 0,49% pada hari ini, Kamis (14/8/2025). Ini adalah contoh menarik dari dua arah berbeda dalam dunia pasar saham.

Indeks Bisnis-27 terlihat melemah, dengan 15 dari 27 saham mengalami penurunan, sementara hanya 11 saham yang tercatat naik. Di antara saham yang mengalami penurunan, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) merosot 1,68% menjadi Rp8.775. Begitu pula, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga turut bergerak lesu.

Saham Perbankan Menjadi Sorotan

Saham perbankan lain seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) memimpin penurunan dengan 2,50% ke Rp7.800, sedangkan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) dan PT Indosat Tbk. (ISAT) berkurang masing-masing sebanyak 1,95% dan 1,77%.

Di sisi lain, beberapa saham lain berhasil menunjukkan performa positif. PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) menguat 5,60%, diikuti oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang naik 2,64% dan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang bertambah 2,50%.

Analisis IHSG yang Terus Menguat

IHSG juga menunjukkan akselerasi dengan penutupan di level tertinggi yang pernah dicapai. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia, IHSG mencatat pergerakan positif dengan 345 saham mengalami kenaikan, sementara 282 saham lainnya menurun. Harry Su, Managing Director Research & Digital Production dari Samuel Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa laju IHSG didorong lebih oleh arus dana daripada fundamental sahamnya.

"Kami mencatat terdapat risiko koreksi yang cukup tinggi, terutama karena kenaikan ini tidak disertai dengan perbaikan dalam laporan keuangan emiten, di mana 40% dari emiten justru meleset dari ekspektasi," ungkap Harry.

Kesimpulan

Dalam memandang dinamika pasar, penting untuk tidak hanya fokus pada angka-angka. Survei dan analisis mendalam sangat diperlukan agar investor dapat mengambil keputusan yang lebih baik di tengah fluktuasi ini. Apakah Anda juga tertarik untuk membahas strategi investasi dalam situasi yang berubah-ubah ini?

Sumber: Market