Penurunan Saham Bank BUMN
Saham-saham bank BUMN, yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), mencatatkan penurunan signifikan dalam perdagangan tanggal 31 Juli 2025. Analis mengidentifikasi beberapa faktor penyebab, seperti kinerja keuangan yang tidak memuaskan dan keterlibatan dalam program pemerintah yang berjalan, seperti Koperasi Desa Merah Putih.
Mengacu pada data perdagangan, saham Bank Mandiri (BMRI) mengalami penurunan sebesar 1,3% menjadi Rp4.560. Sepanjang sepekan terakhir, harga saham ini terjerembab hingga 5%. Ini menandakan tekanan yang dialami oleh anggota Himbara yang lain.
Kinerja Beberapa Bank Himbara
Penurunan juga dialami oleh Bank Negara Indonesia (BBNI) yang mencatatkan penurunan 2,18%, serta Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang melemah 1,59%. Bank Tabungan Negara (BBTN) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) juga tidak luput dari tren negatif ini, memperlihatkan bahwa banyak bank Himbara kini tertekan.
Di fase ini, penting untuk mempertanyakan kinerja fundamental yang mendasari. Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mencatat, "Kinerja fundamental bank-bank Himbara memang belum optimal. Laba BRI, misalnya, menunjukkan pertumbuhan negatif bila dibandingkan tahun lalu."
Tantangan Likuiditas dan Penugasan Pemerintah
Ditambah dengan tantangan likuiditas yang ketat, bank-bank ini menghadapi dilema. Meski harus mendukung program pemerintah, mereka perlu menyeimbangkan manajemen risiko untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Nafan menekankan, "Program-program tersebut penting untuk menjaga stabilitas ekonomi, tetapi harus dijalankan dengan kehati-hatian."
Bank Mandiri sendiri menjelaskan bahwa mereka berkomitmen untuk mendukung Koperasi Desa, tetapi dengan tetap mematuhi prinsip kehati-hatian. Dukungan dari Bank Mandiri diharapkan memperkuat inklusi dan pemberdayaan ekonomi di tingkat desa.
Prospek ke Depan
Dalam konteks ini, program Kopdes Merah Putih muncul sebagai potensi yang bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Jika dikelola dengan baik, koperasi ini dapat menguntungkan bagi bank yang terlibat. Seperti yang diungkapkan oleh Trioksa Siahaan dari LPPI, pengelolaan koperasi secara profesional akan mendukung keberhasilan program ini.
Kinerja bank BUMN di semester I/2025 menunjukkan bahwa sebagian besar bank mengalami penurunan laba dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai contoh, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp26,28 triliun, menurun dibandingkan dengan Rp29,7 triliun di tahun yang sama. Ini menunjukkan bahwa tekanan keuangan ini bukan tanpa alasan.
Dengan tantangan likuiditas yang ada, penting bagi saham di sektor ini untuk mendapatkan perhatian. Pemantauan terhadap kinerja keuangan dalam beberapa bulan mendatang adalah langkah yang krusial. Apakah kita akan melihat pemulihan atau justru pertumbuhan negatif yang berkelanjutan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.