Mengulik Prospek Cuan Saham CDIA: Waktunya Masuk Pasar Sekunder?
Rabu, 25 Juni 2025Analisis Saham

Saham IPO PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) menawarkan valuasi menarik yang lebih murah dibandingkan pesaing. Namun, risiko besar oversubscribed membuat analis merekomendasikan masuk di pasar sekunder untuk peluang keuntungan yang lebih realistis.

Harga IPO CDIA Terasa Ringan, Tapi Akses Terbatas

PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) akan menggelar penawaran umum saham perdana (IPO) dengan melepas maksimal 12,4 miliar saham atau 10% dari total saham. Rentang harga yang ditawarkan adalah Rp 170 sampai Rp 190 per saham.

Namun jangan salah, valuasi ini terbilang murah jika dibandingkan dengan para pesaing di industri yang sama. Jadi, kenapa ya kesannya sulit sekali untuk mendapatkan saham ini di pasar perdana?

Struktur Kepemilikan & Jadwal IPO

Setelah IPO rampung, komposisi pemegang saham utama adalah PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan porsi 60%, Phonix 30%, dan publik 10%. Tahapan penawaran mulai dari pre IPO tanggal 19-24 Juni, penawaran umum 2-4 Juli, lalu pencatatan (listing) di BEI pada 8 Juli 2025.

Modal IPO: Fokus Ekspansi Bisnis Logistik dan Pelabuhan

Hasil dari IPO ini akan dipakai untuk ekspansi bisnis perusahaan. Sekitar Rp 871,76 miliar dialokasikan untuk penyertaan modal ke anak usaha di bidang logistik, seperti Chandra Shipping International dan Marina Indah Maritim, guna membeli kapal dan modal operasional.

Tak hanya itu, Rp 1,5 triliun akan dipakai untuk penyertaan modal ke anak usaha di sektor pelabuhan dan penyimpanan, terutama Chandra Samudera Port untuk membangun fasilitas tangki penyimpanan dan infrastruktur pendukung lainnya.

Kinerja Keuangan yang Mengesankan

Pada 2024, CDIA berhasil mencatat pendapatan mencapai US$ 102,3 juta, naik 35% dibandingkan November 2023 sebesar US$ 75,8 juta. Laba bersih melonjak spektakuler hingga 1.632,5% menjadi US$ 30,6 juta. Dari sisi neraca juga lebih sehat dengan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) 0,44 kali, dan diprediksi turun jadi 0,36 kali setelah dana IPO masuk. Ini artinya, perusahaan punya ruang yang lebih lebar untuk mendapat pendanaan tambahan demi ekspansi.

Bandingkan dengan IPO Pesaing, Apa Kunci Keuntungannya?

UOB Kay Hian mencatat bahwa saham IPO dari konglomerasi besar seperti PT Citra Bangun Kosambi Tbk (CBDK) milik Agung Sedayu dan Grup Salim, serta RATU milik Happy Hapsoro, justru naik tajam di hari-hari pertama perdagangan. Dalam 5 hari pertama, saham CBDK naik 157%, RATU bahkan menyentuh 202%.

Namun, ada catatan menarik. Untuk mendapatkan saham CBDK dan RATU senilai Rp 10 juta di penawaran umum, investor harus menembus dana setoran jauh lebih besar, masing-masing Rp 3,4 miliar dan Rp 3,1 miliar karena oversubscribed dan penjatahan proporsional. Hal ini menimbulkan likuiditas yang tersedot dari pasar dan menurunkan nilai transaksi bursa.

Valuasi CDIA yang Lebih Bersahabat

Berbeda dengan para pesaing, valuasi CDIA justru terlihat jauh lebih murah. Dengan asumsi harga Rp 190 per saham, Price to Book Value (PBV) CDIA cuma 1,6 kali, jauh di bawah rata-rata industri yang 14,5 kali. Sementara Price to Earnings Ratio (PER) 2024 sebesar 48 kali, juga relatif rendah dari rata-rata industri 99,5 kali.

Ditambah lagi, CDIA berada di bawah payung grup konglomerasi Prajogo Pangestu yang sudah terkenal, menambah daya tarik saham ini.

Alasan Masuk Pasar Sekunder Lebih Menarik

Walaupun IPO CDIA sangat menarik, ada risiko besar dalam oversubscribed yang membuat porsi saham per investor menjadi sangat kecil.

Karena itu, para analis dari UOB merekomendasikan agar investor mempertimbangkan pembelian saham ini di pasar sekunder (pasar saham biasa setelah IPO) di mana peluang mendapatkan saham dan potensi keuntungannya bisa lebih realistis.


Jadi, bagaimana strategi Anda menghadapi IPO CDIA ini? Jika Anda merasa sulit mendapatkan alokasi saham pada IPO, tidak ada salahnya mengintip peluang cuan di pasar sekunder. Valuasi yang ramah dan prospek pertumbuhan yang menggembirakan bisa jadi buah manis bagi investasi jangka menengah ke panjang.

Selalu pastikan untuk terus memantau perkembangan dan sentimen pasar sambil menyesuaikan dengan profil risiko Anda!


Sumber: investor.id

Sumber: IPOTNEWS