Perang Iran-Israel: Dampak pada Saham Bank dan Saham Migas di Pasar Modal Indonesia
Kamis, 19 Juni 2025Ekonomi Makro

Konflik Iran-Israel meningkatkan ketidakpastian di pasar saham Indonesia, membuat saham bank tertekan dan saham migas mengalami kenaikan terbatas. Investor perlu strategi adaptif dalam menghadapi volatilitas ini.

Perang Iran-Israel dan Sentimen Pasar Saham Indonesia

Ketegangan yang terus berlanjut antara Iran dan Israel bukan cuma cerita geopolitik biasa. Dampaknya sudah terasa sampai ke pasar saham kita. Investor mulai waspada terutama terhadap saham-saham berkapitalisasi besar di dalam negeri.

Saham Bank Mengalami Tekanan

Menurut Pengamat Pasar Modal dari Panin Sekuritas, Reydi Octa, saham-saham sektor perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI biasanya menjadi yang pertama mendapat tekanan. Kenapa? Karena ketidakpastian ekonomi global mendorong kekhawatiran risiko kredit dan prospek ekonomi yang tidak pasti, sehingga investor asing cenderung melepas saham-saham ini yang biasa mereka gandrungi.

Dalam lima hari terakhir, misalnya, saham BBRI turun sekitar 3%, sementara BMRI juga turun sekitar 3,35% ke kisaran Rp 5.000-an per saham. Tak hanya itu, saham BBCA pun melemah tipis namun cukup menjadi perhatian.

Saham Migas Naik, Tapi Hati-hati

Sedikit berbeda dengan sektor perbankan, saham perusahaan minyak dan gas malah mengalami kenaikan harga dalam jangka pendek. Investor menangkap peluang potensi margin meningkat dengan harga minyak dunia yang naik akibat ketegangan di Timur Tengah, terutama ancaman terhadap jalur distribusi minyak di Selat Hormuz yang strategis.

Saham seperti Medco Energi Internasional MEDC dan Surya Esa Perkasa ESSA mencatat kenaikan dalam beberapa hari terakhir, dengan MEDC naik hampir 10% dan ESSA sekitar 3,3%.

Tapi peringatannya: kenaikan ini diprediksi bersifat momentum jangka pendek. "Volatilitas pasar sangat tinggi, sehingga risiko aksi ambil untung juga besar," kata Reydi. Analis dari Stocknow.id, Hendra Wardana, memperkuat hal ini dengan mengobservasi bahwa saham migas sudah memasuki kondisi jenuh beli secara teknikal menurut indikator RSI dan MACD.

Fundamental dan Faktor Eksternal

Walau terdapat tekanan teknikal, prospek jangka menengah dan panjang untuk sektor energi masih cerah. Harga minyak mentah Brent dan WTI berada di kisaran $75–76 per barel, dan jika bertahan di atas $80 hingga menembus $90–100, ruang tumbuh sektor energi bisa semakin lebar.

Faktor eksternal seperti penurunan cadangan minyak AS, depresiasi dolar AS, serta permintaan energi yang diperkirakan membaik dari China juga memberi sentimen positif kepada saham-saham migas.

Investor Mulai Beralih ke Aset Aman

Di tengah ketegangan geopolitik yang makin memanas, investor juga mulai menggeser portofolio ke aset yang dianggap lebih aman (flight to safety), seperti emas yang sudah merangkak naik sekitar 30% tahun ini, dan obligasi pemerintah AS.

Menurut analis Mirae Asset Sekuritas, Karinska Salsabila Priyatno, aksi ini dipicu juga oleh keputusan Presiden AS yang meninggalkan pertemuan G7 lebih awal karena situasi Timur Tengah, serta pernyataan dukungan G7 terhadap Israel dan penegasan bahwa Iran sumber ketidakstabilan.

Di Indonesia, tren ini terlihat dari hasil lelang surat berharga negara (SBN) tenor menengah yang diminati cukup tinggi dengan total penawaran mencapai Rp 81 triliun, jauh di atas target. Namun, tenor panjang masih kurang diminati karena investor berhati-hati terhadap risiko jangka panjang.


Apa Implikasinya untuk Investor Ritel?

  • Saham bank: Tunggu momentum yang lebih stabil, waspadai volatilitas jangka pendek terutama akibat sentimen global.
  • Saham migas: Potensi kenaikan terbuka, tapi jangan sampai terjebak euforia. Perhatikan sinyal teknikal dan kelola risiko dengan disiplin.
  • Aset aman: Emas dan obligasi bisa jadi pelindung portofolio saat ketegangan politik mengerek volatilitas pasar saham.

Jangan lupa, setiap konflik geopolitik membawa peluang sekaligus risiko. Strategi investasi yang adaptif tetap jadi kunci agar bertahan dan berkembang di tengah ketidakpastian.


Gambar: Ilustrasi ketegangan Iran dan Israel yang mempengaruhi pasar global.


Penulis: Erika Kurnia

Sumber: Kompas