Penurunan Saham PACK
Saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) kembali mengalami penurunan tajam pada perdagangan Kamis (21/8/2025), setelah mengalami pelemahan sehari sebelumnya. Hal ini setelah investor memberikan respon negatif terhadap rencana perusahaan untuk menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) melalui mekanisme rights issue, atau Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Apa Itu OWK?
Secara sederhana, OWK adalah instrumen utang yang wajib dikonversi menjadi saham pada jangka waktu tertentu. Dengan skema ini, perusahaan bisa memperoleh tambahan modal tanpa menambah beban utang jangka panjang. Di sisi investor, mereka akan mendapatkan saham baru dengan hak yang sama seperti pemegang saham lainnya, termasuk hak suara dan dividen.
Kinerja Saham
Menurut data Bursa Efek Indonesia, hingga pukul 09:24 WIB, saham PACK turun 9,89 persen, menyentuh auto rejection bawah (ARB) di level Rp3.280 per saham. Dalam satu hari sebelumnya, saham ini juga terjun 9,90 persen setelah pengumuman rencana penerbitan OWK. Padahal, sepanjang tahun ini, saham PACK meningkat 433,33 persen, berkat spekulasi backdoor listing setelah masuknya PT Eco Energi Perkasa (EEP) tahun lalu.
Rencana Perubahan Bisnis
Rencana perubahan bisnis ini akan dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2025. Perusahaan yang sebelumnya bergerak di industri percetakan digital ini kini akan bertransformasi menjadi perusahaan induk fokus pada sektor pertambangan mineral, khususnya nikel.
Ini tentunya langkah signifikan dan berani. Bagi investor, perubahan arah ini bisa menjadi peluang atau risiko tergantung bagaimana perusahaan melaksanakannya di lapangan.
Penggunaan Dana Rights Issue
Dana dari rights issue ini berencana akan digunakan untuk mendanai akuisisi dua perusahaan nikel. PT Abadi Nusantara Hijau Investama berencana membeli masing-masing 30 persen saham PT Konutara Sejati dan 34,5 persen saham PT Karyatama Konawe Utara.
Kedua perusahaan target ini telah menunjukkan kinerja keuangan yang solid pada semester I-2025, menjadikan akuisisi ini terlihat menjanjikan asalkan dijalankan dengan baik.
Kesimpulan
Dengan proyeksi yang baik, rencana ini memberikan harapan bagi pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Namun, risiko kepemilikan yang bisa terdilusi hingga 95,58 persen bagi pemegang saham yang tidak berpartisipasi dalam rights issue tentu harus dipertimbangkan. Rapat pemegang saham mendatang akan sangat penting untuk menetapkan arah dan dampak dari perubahan ini.