Selama pekan 16-20 Juni 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penurunan yang cukup signifikan pada rata-rata nilai transaksi harian (RNTH). Nilainya turun 7,57% menjadi sekitar Rp15,01 triliun per hari, dibandingkan pekan sebelumnya yang masih di angka Rp16,24 triliun.
Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya volume transaksi. Rata-rata volume saham yang diperdagangkan harian turun hampir 13%, dari 28,05 miliar saham menjadi 24,41 miliar saham. Frekuensi transaksi harian juga ikut menyusut 7,75%, menjadi 1,31 juta kali transaksi.
Terakhir, di Jumat pekan tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan di level 6.907, turun tajam 3,61% dari penutupan pekan sebelumnya yang di angka 7.166.
Dampaknya terasa pada kapitalisasi pasar BEI yang menurun menjadi Rp12.099 triliun, turun sekitar 3,17% dari Rp12.495 triliun.
Investor asing tercatat melanjutkan aksi jual bersih, mencapai Rp2,73 triliun di hari Jumat saja. Total net foreign sell selama 2025 sudah sebesar Rp53,1 triliun, sebuah angka yang tentu menimbulkan perhatian bagi pelaku pasar.
Di sisi lain, pasar surat utang masih cukup aktif. Pekan ini, BEI mencatat dua obligasi baru: Obligasi I-2025 senilai Rp300 miliar dari PT Dwi Guna Laksana dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan III Tahap II-2025 sebesar Rp500 miliar dari PT Bank Victoria International Tbk (BVIC).
Dengan tambahan ini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat selama 2025 kini mencapai 58 emisi dari 37 emiten, dengan nilai total sekitar Rp71,08 triliun. Jumlah emisi surat berharga secara keseluruhan di BEI sudah mencapai 619 emisi dengan nilai outstanding Rp491,84 triliun serta USD112,08 juta.
Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI juga tetap mendominasi dengan 189 seri, bernilai nominal Rp6.351,32 triliun dan USD502,1 juta. Selain itu, Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak tujuh emisi dengan total nilai Rp2,22 triliun juga tercatat.
Apa arti tren ini bagi investor?
Penurunan nilai transaksi dan volume pasar saham bisa menjadi sinyal bahwa pelaku pasar tengah cautious atau justru menantikan momentum baru. Namun aksi jual asing yang masih besar patut menjadi perhatian khusus, mengingat pengaruhnya terhadap likuiditas dan sentimen pasar.
Sementara itu, aktivitas positif di pasar obligasi menunjukkan minat yang masih kuat pada instrumen pendapatan tetap. Ini bisa menjadi opsi diversifikasi yang menarik di tengah ketidakpastian pasar saham.
Tetap waspada dan pantau perkembangan pasar dengan seksama sambil menyiapkan strategi yang tepat, adalah kunci agar investasi Anda tetap optimal.
Sumber: PT IndoPremier Sekuritas
Catatan: Artikel ini disajikan sebagai informasi pasar terkini dan bukan rekomendasi jual atau beli.