Waspada! 9 Saham IHSG yang Terlihat Murah Tapi Rentan Jadi Value Trap
Sabtu, 21 Juni 2025Analisis Saham

Mengenal fenomena value trap: saham undervalued dengan fundamental lemah yang membuat harga stagnan dan berisiko, termasuk 9 emiten di Bursa Efek Indonesia yang patut diwaspadai.

Mendengar saham dengan Price to Earnings (P/E) di bawah 10 dan Price to Book Value (PBV) di bawah 1 sering bikin semangat investor membara, seperti menemukan harta karun yang belum tersentuh pasar. Logikanya simpel: 

Saham ini pasti undervalued, tinggak nunggu harga melesat naik.

Namun, bagaimana kalau penantian ini gak pernah berakhir? Harga sahamnya malah stagnan, bahkan cenderung turun selama bertahun-tahun?

Itu dia yang disebut value trap — jebakan bagi investor yang hanya melihat harga murah tanpa menggali fundamental. Di permukaan, tampak seperti peluang tapi nyatanya perusahaan punya masalah yang bikin nilai sahamnya susah naik.

Bagaimana Cara Mengidentifikasi Value Trap?

Value trap biasanya muncul dari kombinasi valuasi rendah dengan kinerja fundamental yang lemah. Melalui stock screener, kita bisa meramu kriteria untuk mendeteksi potensi jebakan ini:

  • PBV Ratio: di bawah 1x (terlihat murah)
  • P/E Ratio: antara 0x hingga 10x (masih pada rentang undervalued)
  • Return on Equity (ROE): kurang dari 10% (manajemen kurang efektif menghasilkan laba)
  • Revenue Growth (Pertumbuhan Pendapatan): 0% - 5% (pertumbuhan sangat minim)
  • Price Return 1 Tahun: kurang dari 5% (harga saham stagnan)
  • Average Dividend Yield (3 Tahun): 0% - 5% (dividen rendah dan tidak konsisten)

Screener - Value Trap

Paduan ini sangat berbahaya! P/E dan PBV yang rendah jadi umpan, tapi laba dan pertumbuhan yang minim menandakan perusahaan sedang jalan di tempat tanpa katalis nyata.

9 Saham IHSG yang Masuk Daftar Value Trap (Per 20 Juni 2025)

Hasil penyaringan tersebut memunculkan sejumlah emiten yang berpotensi jadi jebakan nilai, yaitu:

  1. BMTR (Global Mediacom Tbk.)
  2. MNCN (Media Nusantara Citra Tbk.)
  3. SPMA (Suparma Tbk.)
  4. WEGE (Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk.)
  5. CSAP (Catur Sentosa Adiprana Tbk.)
  6. BSDE (Bumi Serpong Damai Tbk.)
  7. INTP (Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.)
  8. BBTN (Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.)
  9. BDMN (Bank Danamon Indonesia Tbk.)

Kesan pertama, valuasi mereka terbilang sangat murah. Tapi kalau diperhatikan dari performa harga, mereka justru menunjukkan tren stagnan atau bahkan menurun dalam setahun terakhir.

Ini membuktikan bahwa valuasi rendah bukan berarti jaminan investasi baik. Pasar kemungkinan sudah mengantisipasi bahwa ini bukan perusahaan yang tumbuh atau menghasilkan laba optimal.

Mengapa Valuasi Murah Aja Tidak Cukup?

Kuncinya adalah pertumbuhan dan efisiensi manajemen. Jadi:

1. Pertumbuhan adalah kunci kenaikan harga

Saham bisa tetap "murah" selamanya jika tiada katalis untuk mendorong harganya naik. Saham di daftar cenderung bertumbuh lambat, bisnis stagnan tanpa inovasi atau ekspansi.

2. Return on Equity (ROE) mencerminkan kualitas manajemen dan bisnis

ROE di bawah 10% adalah sinyal bahaya karena artinya perusahaan kurang efisien menghasilkan laba atas modal yang masuk.

Aset besar itu tidak ada artinya jika tidak mampu dioptimalkan untuk mendatangkan keuntungan sehat.

Singkat kata, pasar menghargai perusahaan yang sehat, efisien, dan bertumbuh. Jika tidak, wajar harga saham tak bergerak atau malah turun.

Kesimpulan: Jangan Cuma Tergoda Valuasi Murah

Fokus hanya pada P/E dan PBV sebagai tolok ukur pembelian adalah jebakan berbahaya. Angka-angka ini harus dipandang sebagai titik awal riset, bukan keputusan akhir.

Sebelum memutuskan beli, tanya diri Anda:

  • Dari mana sumber pertumbuhan perusahaan di masa depan?
  • Seberapa baik manajemen mengelola modal untuk menghasilkan laba? (Lihat ROE dan metrik efisiensi lain)
  • Apa keunggulan kompetitif perusahaan yang menjaga bisnis tetap kuat?

Kalau jawabannya gak jelas, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi sebuah value trap.

Lebih baik melelahkan mencari peluang lain daripada terjebak pada saham yang hanya terlihat murah tapi tak bergerak.

Karena di dunia investasi, keberhasilan juga diukur dari berapa banyak kerugian dan kekecewaan yang bisa Anda hindari.


Ingin lebih mudah menemukan saham bernilai dan berkualitas? Manfaatkanlah InvestingPro dengan filter yang canggih dan data relevan untuk strategi yang lebih jitu.

Disclaimer: Data dan analisa ini valid hingga 20 Juni 2025 pukul 15:45 WIB. Artikel ini bersifat edukasi, bukan ajakan beli atau jual. Semua keputusan investasi menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Sumber: Investing