IHSG Anjlok di Tengah Ketegangan Timur Tengah, Saham Pilihan dan Proyeksi Volatilitas Pasar Semester II/2025
Selasa, 24 Juni 2025Berita Pasar Saham

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan signifikan di tengah memburuknya konflik di Timur Tengah dan berakhirnya jeda perang tarif AS-China. Bagaimana kondisi pasar dan saham rekomendasi hari ini?

Warga mencari informasi harga saham di Jakarta, Minggu (15/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Menjelang paruh kedua semester II/2025, IHSG mulai menunjukkan gejala ketidakstabilan. Bukan tanpa alasan, geopolitik yang makin memanas di Timur Tengah dan berakhirnya masa jeda perang tarif antara AS dan China menjadi sorotan utama para investor.

Pada penutupan perdagangan Jumat lalu (20/6/2025), IHSG turun 0,88% atau 61,50 poin ke 6.907,13. Padahal, pembukaan pasar sempat berada di level 6.948,28 dengan titik tertinggi di 6.956,80. Hal ini menggambarkan adanya tekanan jual yang cukup signifikan.

Secara keseluruhan, di sesi perdagangan tersebut 231 saham berhasil menguat, 386 saham melemah, dan 190 saham lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar bertahan di angka Rp12.127 triliun.

Saham Big Caps yang Berbeda Arah

Meskipun IHSG melemah, beberapa saham besar masih mampu bertahan dan bahkan menguat. Contohnya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang naik 1,19% menembus Rp59.650 per lembar, serta PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang bertambah 0,38% ke Rp19.775.

Namun di sisi lain, ada juga big caps yang mengalami koreksi tajam seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang jatuh 4,83% ke Rp1.380 dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) turun 3,48% ke Rp7.625.

Top Gainers dan Losers Hari Ini

Saham dengan kenaikan harga mencolok adalah PT Master Print Tbk (PTMR) yang melonjak 34,08% ke Rp240 dan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) naik 22,52% ke Rp136 per saham.

Sedangkan saham dengan tekanan berat tercatat PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) yang jatuh 14,93% ke Rp376 dan PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) anjlok 14% ke Rp86.

IHSG di Sesi I: Turun Tajam

Pada sesi I perdagangan hari ini, IHSG tercatat turun 1,70% ke level 6.789. Jumlah saham yang menguat menurun hanya 124, sementara yang melemah mencapai 539 dan 249 saham diam di tempat.

Lebih awal saat pembukaan, IHSG bahkan langsung anjlok 1,96% ke level 6.771,76. Kondisi pasar yang lesu ini jelas mencerminkan sentimen negatif yang kuat di tengah pasar.

Apa yang Perlu Diperhatikan Investor?

Liew Kong Qian, Head of Investments PT Eastspring Investments Indonesia, menyebut volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam paruh kedua tahun ini. Fokus investor kini bergeser pada pengakhiran masa jeda tarif AS yang telah membebani IHSG beberapa waktu terakhir.

“Sentimen perang tarif antara AS dan China menjadi perhatian serius, apalagi aksi proteksionisme AS ini sudah menyebabkan aksi jual besar-besaran oleh investor asing, yang berimbas negatif ke pasar saham kita,” paparnya.

Di dalam negeri, risiko pelemahan ekonomi juga mengintai. Potensi menurunnya ekspor ke AS dan China, serta defisit transaksi berjalan perlu diperhatikan secara seksama.

Pasar Masih Akan Bergejolak

Bisa dibilang, ketidakpastian kondisi geopolitik di Timur Tengah dan perang dagang AS-China membentuk bayangan awan gelap di atas lantai bursa. Para investor harus siap menghadapi volatilitas yang cukup tinggi sembari mengantisipasi sentimen global dan domestik yang saling silang.

Strategi cerdas hari ini adalah memilih saham-saham yang masih menunjukkan fundamental kuat dan menahan risiko pada perusahaan yang rentan tertekan sentimen internasional.

Jadi, di tengah pasar yang naik turun seperti ini, apakah Anda sudah memetakan peluang dan risiko dengan tepat? Saksikan terus pergerakan pasar dan sesuaikan portofolio Anda agar tetap tangguh menembus ketidakpastian global.


Ikuti terus berita dan rekomendasi saham terbaru untuk tetap update dengan dinamika IHSG dan strategi investasi Anda.

Sumber: Bisnis